BENGKULU|MEDIAREFORMASI.COM – Dalam perhelatan International Coffee Day secara virtual yang mulai digelar hari ini, Pemerintah Provinsi Bengkulu optimis dapat mendongkrak laju perekonomian untuk segera pulih dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19.
Pelaksana Tugas Gubernur Bengkulu H. Dedy Ermansyah menyebutkan, salah satunya dari sektor perindustrian dan perdagangan di mana kopi merupakan salah satu produk unggulan daerah.
“Luas area kebun kopi di Provinsi Bengkulu berkisar 95.313 hektar dengan produksi 56,96 ribu ton per tahun. Bengkulu juga telah mendapatkan sertifikat Indikasi Geografis untuk Kopi Kepahiang dan Kopi Rejang Lebong,” ungkap Dedy dalam sambutannya secara virtual bersama Menteri Perindustrian Republik Indonesia, bertempat di Gedung Daerah Balai Raya Semarak, Kamis siang (1/10).
Beliau menambahkan, kopi khas Bengkulu ini memiliki tujuh aroma rasa yakni Chocolaty, Sweet, Caramelly, Flowery, Fruity, Black Tea dan Woody dengan kualitas kopi excellent, karena setara dengan Score International Specialty Coffee yang memiliki nilai antara 81,33 – 84,42.
“Artinya kualitas kopi Bengkulu tidak diragukan lagi. Hal ini dibuktikan pada tahun 2019 kopi Bengkulu telah mendapat penghargaan dari ajang Agency for The Valorization of The Agricultural Products di Prancis,” yakin Dedy.
Untuk diketahui, Pemerintah Pusat telah mengeluarkan Peraturan Presiden No.28 Tahun 2008 Tentang Kebijakan Industri Nasional yakni pengolahan kopi yang ditetapkan sebagai salah satu industri prioritas untuk dikembangkan. Selanjutnya Perpres tersebut ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Perindustrian No. 115/M-IDN/PER/10/2009 Tentang Peta Panduan Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Kopi. Maka, sesuai dengan kebijakan Pemerintah Pusat tersebut Pemerintah Provinsi Bengkulu juga memprioritaskan pengembangan industri kopi sebagai salah satu produk unggulan daerah.
Produksi kopi Indonesia berkisar 700 ribu ton pertahun dan penyumbang terbesar ekspor tersebut berasal dari Pulau Sumatera, salah satunya adalah Bengkulu. Namun akibat pendemi Covid-19 perekonomian global menjadi terganggu, termasuk sektor perdagangan kopi. Harga kopi internasional terus melemah, ditambah dengan penurunan pasar domestik yang berdampak pada penurunan daya beli terhadap kopi olahan.
Anjloknya harga kopi dunia otomatis mempengaruhi harga kopi nasional. Dimana harga kopi nasional saat ini berkisar Rp 20 ribu perkilogram untuk kopi asalan, kopi Robusta Rp 120 perkilogram, sedangkan kopi jenis Arabika berkisar Rp 150 ribu perkilogram.
“Dengan kondisi seperti ini membuat pelaku usaha lebih tertarik menjual kopi ke pasar lokal dan bisnis kedai kopi sebagai salah satu solusi yang lebih menjanjikan, karena meningkatnya permintaan kaum milenial yang menyukai kopi kekinian. Dan kita berharap minum kopi bisa dijadikan sebagai budaya sekaligus pengembangan insustri pengolahan kopi yang dapat mendongkrak pertumbuhan UMKM,” papar Dedy.
Sementara itu, Menteri Perinsdustrian Dr. Agus Gumiwang Kartasasmita, M.Si dalam kesempatannya menyampaikan, pada tanggal 28 September 2019 lalu Kementerian Perindustrian Republik Indonesia telah memberi kepercayaan kepada Provinsi Bengkulu sebagai tuan rumah Hari Kopi Internasional tahun 2020 dan dipusatkan di Bengkulu. Namun karena pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia, membuat perhelalatan tersebut dilaksanakan secara virtual saja.
“Berbicara tentang kopi, saat kopi Provinsi Bengkulu telah memiliki 2 Indikasi Geografis yaitu Kopi Kepahiang dan Kopi Rejang Lebong, maka sangatlah tepat bila Kementerian Perindustrian memilih Bengkulu sebagai sebagai penyelenggara event Hari Kopi Internasional tahun ini,” ujarnya.
Meski dihadapkan pada pandemi, Agus yakin Bengkulu dapat segera bangkit salah satunya dengan mengandalkan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada. Terlebih saat ini kita dihadapkan kepada revolusi industri 4.0, karena itu sektor manufaktur nasional harus mampu menuju perubahan besar.
Penulis : Sudirman
Editor : Aris