Pengendalian Inflasi Kota Metro di Masa Pandemi

METRO | mediareformasi.com – Pemerintah Kota Metro melakukan high level meetig dengan Tim Pengendali Inflasi (TPID) Kota Metro yang berlangsung di OR Setda. Kamis, (15/10/2020)

Wali Kota Metro Achmad Pairin, meminta kepada pihak Bank Indonesia (BI) Cabang Lampung untuk kegiatan seperti ini tidak dilakukan selama 1 tahun sekali.

Bacaan Lainnya

“Dimana hal ini berkaitan dengan merumuskan strategi dan langkah-langkah kita dalam pengendalian inflansi, teruta di dalam situasi Covid di Lampung, lebihnya di Kota Metro. Saya juga minta, agar OPD lain diinformasikan mengenai hasil rapat kita saat ini, agar permasalahan ini segera teratasi,” ucap Pairin.

Kepala Bank Indonesia (BI) Provinsi Lampung, Budiharto Setyawan

Dari penyampaian Kepala Bank Indonesia (BI) Provinsi Lampung Budiharto Setyawan mengatakan, dengan adanya  Covid-19 mengakibatkan inflansi berkurang. Hal ini juga berdampak dengan adanya PSPB di daerah lain ke Provinsi Lampung.

“Situasi ini juga mengakibatkan prekonomian global menurun, dari penyerapan tenaga kerja yang rendah. Secara nasional mengalami devlasi 0,05% pada bulan Desember. Sedangkan perkembangan inflansi di Kota Metro berdasarkan hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) terhadap komoditas, pada minggu ketiga bulan Oktober 2020 tercatat inflasi sebesar 0, 24%,” papar Kepala BI.

Lanjutnya, untuk meningkatnya tekanan harga  didorong oleh naiknya harga pada beberapa komoditas hortikultura, seperti cabai merah, tomat sayur, kangkung dan jeruk dengan jumlah pasukan yang menurun. Untuk komoditas utama penyumbangan inflasi Kota Metro yaitu bawang merah beras dan cabai merah.

“Sementara untuk kondisi pasokan relatif terjaga di Kota Metro, yang berupa bawang merah, aneka cabai, gula pasir, daging ayam, telur ayam, beras, minyak goreng dan daging sapi,” katanya.

Tambahnya, dalam proses pencapaian inflasi tahun 2020 diperkirakan stabil dan berada dalam sasaran. Kedepan permintaan domestik diperkirakan masih terbatas, dikarena dari potensi gangguan pasokan pangan paska penyelenggaraan PSBB Covid 19 dan resiko kemarau.

“Maka dari itu kami melakukan kebijakan pengendalian inflasi di masa pandemi covid 19 dengan TPIP dan TPID.  Pengembangan berbagai kegiatan dan inovasi pengendalian inflasi di masa krisis, yang meliputi keterjangkauan harga, ketersediaan, pasokan kelancaran dan komunikasi efektif,” jelas Kepala BI.

Pada kesempatan ini juga Kepala BI, menyampaikan akan melakukan digitalisasi di bidang pertanian baik di hulu dan hilir. Di Sumatera, termasuk di Lampung hal ini dilakukan melalui Kartu Kerja Berjaya.

Ketua BPS Metro Taulina Anggarani mengatakan, permasalahan saat ini yaitu harga gas 3kg tinggi, sedangkan di Bandar Lampung harganya berbalik.

“Maka dari itu kami juga menulusuri dari pedangan kecil, besar dan pengecer. Bahwa dari Pedagang besar stabil ,namun di pengecer harganya tinggi. Hal ini karena adanya penambahan konsumen namun pasokan dari pusat jumlahnya tetap. Maka dari itu kami menginginkan adanya peningkatan jumlah pasokan gas yang 3 kg an,” tutur Ketua BPS.

Lanjutnya Ketua BPS menyinggung mengenai harga bawang memang mengalami kenaikan, hal ini dikarenakan dari gudangnya dan pemasoknya memang mengalami kenaikan.

Penulis : Herlambang
Editor : Anggi Saputra

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar